
Semarang, selama ini hanya menjadi kota transit para wisatawan,
sebelum berkunjung ke Yogyakarta atau Solo. Padahal jika dikelola dengan
perencanaan yang matang dan komprehensif, kota yang menyimpan
sedemikian banyak potensi wisata ini sebenarnya sangat layak untuk
menjadi kota tujuan wisata. Ada banyak bangunan peninggalan era kolonial
yang sangat istimewa, keanekaragaman kuliner yang memanjakan lidah,
serta beberapa kekhasan lain yang memiliki nilai jual sebagai obyek
wisata seperti batik khas Semarang, event-event perayaan, dan
sebagainya.
Seiring dengan kesadaran dari pemerintah kota
dan segenap pelaku usaha pariwisata untuk menggarap potensi wisata
Semarang sebagai penunjang PAD, dan memperkenalkan kota yang eksotik
serta penuh warna ini ke kancah yang lebih luas sebagai kota tujuan
wisata, maka selain pembenahan menyeluruh terhadap segala aspek yang
memiliki nilai jual sebagai obyek wisata, penyediaan souvenir atau
cendera mata khas Semarang menjadi sebuah keniscayaan.
Selama
ini masyarakat yang berkunjung ke Semarang hanya mengenal beragam
kuliner sebagai oleh-oleh khas Semarang. Ada wingko babad, loenpia,
bandeng presto, tahu pong, dan sebagainya. Sayangnya, sebagaimana
diketahui, oleh-oleh semacam itu hanya bersifat jangka pendek, karena
setelah habis dikonsumsi tidak lagi membekaskan jejak apapun yang
mendukung pencitraan Semarang. Berdasar pemikiran tersebut, untuk
menghadirkan sebuah alternatif souvenir atau cendera mata khas Semarang,
pada tanggal 4 September 2008 Jolali –media kreatif berupa Kaos Oblong
dengan ilustrasi yang memvisualkan berbagai sisi Kota Semarang-
menggelar eksistensinya pada sebuah kios sederhana di Jl. Brigjen
Katamso no 20 Semarang. Nama Jolali –yang berasal dari kosakata bahasa
Jawa: Ojo Lali (jangan lupa - Ind.), dipilih karena relatif mudah
diingat dan mudah pengucapannya, disertai harapan agar masyarakat tetap
ingat pada kota penuh warna bernama Semarang.
Konsep
desain Jolali adalah penggarapan ikon-ikon kota Semarang seperti Gereja
Blenduk, Lawang Sewu, Tugu Muda dan sebagainya beserta informasi di
seputarnya, bermacam-macam kuliner dan eksplorasi berbagai keunikan yang
asosiatif dengan kota ini seperti kosakata khas Semarang, banjir yang
(telanjur) menjadi citra Semarang, dan sebagainya.
Melalui upaya untuk terus menerus menjaga kualitas, promosi yang berkelanjutan dengan media above maupun below the line,
serta membina jaringan kerjasama dengan pemerintah kota dan sesama
pelaku usaha pariwisata, diharapkan ke depan alternatif cendera mata
khas Semarang ini dapat dikenal secara lebih luas dan mendukung
pencitraan kota tercinta ini. Jika Joger identik dengan Bali, Dagadu
identik dengan Yogya, dan Mahanagari identik dengan Bandung,… maka
Jolali… niscaya identik dengan Semarang.
( Heru Setyabudi – Jolali )
Tulisan tersebut di atas pernah dimuat di Majalah Candi Edisi 35
(Majalah Dinas Pariwisata Pemprov Jawa Tengah), yang menunjukkan
apresiasi stake holder di bidang pariwisata Jawa Tengah terhadap
eksistensi Jolali.
No comments:
Post a Comment