Monday, July 16, 2012

Kaos Oblong Semarangan

Semarang, selama ini hanya menjadi kota transit para wisatawan, sebelum berkunjung ke Yogyakarta atau Solo. Padahal jika dikelola dengan perencanaan yang matang dan komprehensif, kota yang menyimpan sedemikian banyak potensi wisata ini sebenarnya sangat layak untuk menjadi kota tujuan wisata. Ada banyak bangunan peninggalan era kolonial yang sangat istimewa, keanekaragaman kuliner yang memanjakan lidah, serta beberapa kekhasan lain yang memiliki nilai jual sebagai obyek wisata seperti batik khas Semarang, event-event perayaan, dan sebagainya.

Seiring dengan kesadaran dari pemerintah kota dan segenap pelaku usaha pariwisata untuk menggarap potensi wisata Semarang sebagai penunjang PAD, dan memperkenalkan kota yang eksotik serta penuh warna ini ke kancah yang lebih luas sebagai kota tujuan wisata, maka selain pembenahan menyeluruh terhadap segala aspek yang memiliki nilai jual sebagai obyek wisata, penyediaan souvenir atau cendera mata khas Semarang menjadi sebuah keniscayaan.

Selama ini masyarakat yang berkunjung ke Semarang hanya mengenal beragam kuliner sebagai oleh-oleh khas Semarang. Ada wingko babad, loenpia, bandeng presto, tahu pong, dan sebagainya. Sayangnya, sebagaimana diketahui, oleh-oleh semacam itu hanya bersifat jangka pendek, karena setelah habis dikonsumsi tidak lagi membekaskan jejak apapun yang mendukung pencitraan Semarang. Berdasar pemikiran tersebut, untuk menghadirkan sebuah alternatif souvenir atau cendera mata khas Semarang, pada tanggal 4 September 2008 Jolali –media kreatif berupa Kaos Oblong dengan ilustrasi yang memvisualkan berbagai sisi Kota Semarang- menggelar eksistensinya pada sebuah kios sederhana di Jl. Brigjen Katamso no 20 Semarang. Nama Jolali –yang berasal dari kosakata bahasa Jawa: Ojo Lali (jangan lupa - Ind.), dipilih karena relatif mudah diingat dan mudah pengucapannya, disertai harapan agar masyarakat tetap ingat pada kota penuh warna bernama Semarang.

Konsep desain Jolali  adalah penggarapan ikon-ikon kota Semarang seperti Gereja Blenduk, Lawang Sewu, Tugu Muda dan sebagainya beserta informasi di seputarnya, bermacam-macam kuliner dan eksplorasi berbagai keunikan yang asosiatif dengan kota ini seperti kosakata khas Semarang, banjir yang (telanjur) menjadi citra Semarang, dan sebagainya.

Melalui upaya untuk terus menerus menjaga kualitas, promosi yang berkelanjutan dengan media above maupun below the line, serta membina jaringan kerjasama dengan pemerintah kota dan sesama pelaku usaha pariwisata, diharapkan ke depan alternatif cendera mata khas Semarang ini dapat dikenal secara lebih luas dan mendukung pencitraan kota tercinta ini. Jika Joger identik dengan Bali, Dagadu identik dengan Yogya, dan Mahanagari identik dengan Bandung,… maka Jolali… niscaya identik dengan Semarang.

( Heru Setyabudi – Jolali )


Tulisan tersebut di atas pernah dimuat di Majalah Candi Edisi 35 (Majalah Dinas Pariwisata Pemprov Jawa Tengah), yang menunjukkan apresiasi stake holder di bidang pariwisata Jawa Tengah terhadap eksistensi Jolali.

No comments: